The Other Side of Me: October 2014

Thursday, October 30, 2014

Jujur, Amanah, Integritas: Bagaimana Membangun Budaya Jujur di Lingkungan Kampus dan di Tingkat Nasional?

Ceritanya lagi latihan nulis essay, hahaha....
padahal sih sebenernya.... ini tuh tugas UTS mata kuliah Forensic Accounting & Fraud Examinantion kemarin. Dan ini isinya hanya sebatas opini saya pribadi, ya. Monggo yang mau baca :)









Jujur, Amanah, Integritas: Bagaimana Membangun Budaya Jujur di Lingkungan Kampus dan di Tingkat Nasional?

Jujur dan amanah merupakan sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia sebagai makhluk Tuhan. Dalam Islam, jujur dan amanah merupakan pilar aqidah Islam. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak berbohong, sedangkan amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan kepada manusia untuk dilaksanakan. Dimulai dari jujur dan amanah, kemudian akan tumbuh integritas.
Dalam hidup, ada dua jalan yang bisa dipilih oleh manusia, yaitu jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Jalan kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak, sementara jalan kebaikan adalah jalan yang sulit dan tidak mudah untuk ditempuh. Perbuatan baik di jalan yang baik ini salah satunya adalah bersikap jujur. Jujur dalam segala perkataan dan perbuatan. Orang yang terbiasa tidak jujur akan mengulanginya lagi dan lagi sehingga menumpuklah kebohongan-kebohongan itu yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Orang yang jujur, besar kemungkinannya untuk dapat memegang teguh amanah, sedangkan orang yang biasa berbohong pasti tidak bisa memegang amanah yang telah diberikan. 

Saturday, October 25, 2014

Sepenggal Kisah di Kolong Langit



“Aku bosan hidup kayak gini terus,” ujarnya kesal seraya menghempaskan tubuhnya di atas tanah, tepat di sebelahku.
“Terus... kamu maunya hidup kayak gimana? Jadi anak orang kaya? Kamu mau jadi anak orang kaya tapi hasil korupsi?” tanyaku sarkatis. Itu yang selalu dia katakan, ingin jadi anak orang kaya, hidup enak. Ah, aku bosan mendengar keluh kesah yang sama setiap hari.
“Setidaknya itu lebih baik. Jadi anak orang kaya nggak perlu capek-capek ngamen.”
“Kamu tuh nggak pernah bersyukur, ngeluh aja kerjaannya.”
“Apa yang harus aku syukuri? Bersyukur karena aku dilahirkan melarat? Bersyukur punya ibu yang pergi ninggalin anaknya buat jadi pelacur? Bersyukur punya bapak pemabuk dan tukang judi? Coba bilang sama aku, apa yang mesti aku syukuri?” tanyanya setengah berteriak.
“Dari bayi aku dikasih makan pakai uang haram. Apa bedanya sama duit korupsi? Sama-sama haram! Bedanya, aku makan uang haram tapi tetap hidup melarat, sedangkan mereka hidup enak,” lanjutnya dengan nafas tersengal menahan emosi.
Aku hanya bisa terdiam, tidak tahu harus menyalahkan atau membenarkan ucapannya.
“Apa bapakku tahu gimana rasanya ngamen? Yang dia tahu cuma merampas duit hasil ngamenku buat mabuk dan judi. Aku yang capek, dia yang enak-enakan!” ujarnya kesal.
***

Music Video of The Week