The Other Side of Me: Rumah Keduaku

Thursday, February 9, 2012

Rumah Keduaku

Nama             : Susi Wulandari
Penempatan  : Mataram, Nusa Tenggara Barat

            Hanya satu hal yang ada dipikiranku saat membaca Surat Keputusan tersebut, seperti apa Nusa Tenggara Barat itu? Sama sekali tak ada bayangan. Kemudian muncul beberapa pertanyaan. Panaskah disana? Seperti apa masyarakatnya? Apakah Mataram dekat dengan Pulau Lombok? Silahkan tertawa. Tapi aku memang sama sekali tidak tahu kalau Mataram  terletak di Pulau Lombok itu sendiri. Bodoh. Warga Negara Indonesia tapi tidak mengenal dengan baik wilayah negaranya.

            21 Juli 2009, pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Bumi Gora. Sepi. Itulah kesan pertama yang aku dapat. Mungkin hampir sama dengan kota kecil tempat kelahiranku, Pati, Jawa Tengah. Tapi ini Mataram, ibukota Provinsi, bukan sebuah kabupaten kecil seperti Pati. Setidaknya aku membayangkan kota ini seramai Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah, kota yang selama empat tahun aku tinggali, tetapi kenyataannya jauh dari bayanganku. Sedikit sekali hiburan di sini. Aku bahkan harus rela melewatkan banyak film bagus yang diputar di bioskop karena memang disini tidak ada bioskop. Jangankan bioskop, mall saja hanya ada satu, kecil, sama sekali tidak seperti kebanyakan mall di kota-kota besar, dan itu satu-satunya mall di NTB.
            Disini memang sepi, tidak ada bioskop, tidak ada mall yang “benar-benar mall”, tapi aku tetap merasa betah tinggal disini. Ya, aku mulai merasa nyaman dengan kota ini. Bahkan aku lebih memilih tetap tinggal disini daripada mengajukan mutasi ikut suami ke Bandung. Aku terlanjur jatuh cinta pada Pulau Lombok. Tempat ini sudah seperti rumah keduaku, setelah Pati.
NTB memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Deretan pantai yang indah, kehidupan bawah laut yang menawan, pasir yang beraneka ragam jenisnya, Gunung Rinjani dan Gunung Tambora yang perkasa, air terjun yang menggoda, dan masih banyak keindahan lain yang tersaji di alam NTB. Belum lagi adat dan budaya Suku Sasak yang unik, seperti tradisi nyongkol, Bau Nyale, dan lainnya. Bukan hanya Pulau Lombok yang memiliki alam dan budaya yang menarik, tetapi juga Pulau Sumbawa. Tetapi sayangnya aku belum pernah ke Sumbawa. Pasti akan sangat menyenangkan jika aku bisa jalan-jalan menikmati alam dan budaya di Pulau Sumbawa. Aku janji, suatu saat nanti.
            NTB memang memiliki alam yang indah, sangat berpotensi menjadi daerah wisata. Tetapi sayang, pengelolaan dan pemeliharaan tempat-tempat wisata tersebut masih kurang, bahkan terkadang membuat wisatawan merasa tidak nyaman, seperti Pantai Mandalika (Pantai Kuta). Pantai yang bagus memang, tetapi para pedagang disana terlalu “agresif”. Kemanapun kita berjalan, mereka akan mengikuti dan “memaksa” kita untuk membeli dagangannya. Apakah kalau kita membelinya semua akan selesai? Ternyata belum, karena pedagang yang lain akan ikut “menyerbu” kita. Aku sudah beberapa kali mengalaminya. Bukan hanya aku, banyak teman-temanku yang mengeluhkan hal yang sama. Ada baiknya jika pemerintah NTB memperhatikan hal-hal seperti ini. Mungkin bisa dengan cara membuatkan tempat khusus untuk para pedagang, jadi tidak ada lagi pedagang-pedagang yang berkeliaran di sekitar pantai yang dapat mengganggu kenyamanan wisatawan. Ada juga Pantai Selong Belanak dan tempat-tempat wisata lain yang sangat minim fasilitas. Belajarlah dari Bali jika ingin menjadi daerah wisata. Menurutku NTB memiliki potensi wisata yang jauh lebih besar daripada Bali, apalagi sekarang sudah ada Bandara Internasional Lombok yang memudahkan wisatawan mancanegara untuk datang ke NTB. Untuk memajukan pariwisata di NTB bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja, tetapi juga seluruh masyarakat NTB.
            Dua tahun lebih aku tinggal di NTB. Selain memperhatikan keindahan alamnya aku juga memperhatikan kehidupan masyarakatnya. Ternyata banyak dari mereka yang hidupnya masih belum berkecukupan. Aku tidak ingin hal tersebut menjadi alasan anak-anak putus sekolah ataupun tidak mendapatkan akses untuk tetap belajar. Kemudian aku berpikir, apa yang dapat aku berikan untuk membantu anak-anak ini? Dan muncullah sebuah ide, membuat taman bacaan gratis untuk mereka. Bersama teman-temanku, kami membuat sebuah taman bacaan sederhana bernama Taman Bacaan Rumah Unyil yang berlokasi di kampung nelayan Bintaro, Ampenan. Alhamdulillah niat kami mendapat sambutan baik dari warga dan khususnya anak-anak disana. Belum banyak yang dapat kami lakukan, baru sebatas menyediakan akses buku-buku bacaan agar anak-anak dapat terus belajar dan untuk membiasakan membaca buku sejak usia dini, serta mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menghibur mereka, seperti perlombaan dan permainan edukatif. Baru sebatas itu yang dapat kami berikan untuk NTB tercinta ini.
            Ah, betapa aku ingin memberikan sesuatu yang lebih besar untuk masyarakat dan untuk kemajuan NTB. Karena aku cinta tempat ini, tempat yang menginspirasi. Suatu kebanggaan aku pernah merasakan tinggal disini, menghabiskan hari-hariku di tempat yang indah ini. Di usianya yang ke-53 tahun ini, harapanku semoga NTB semakin maju dalam segala hal, baik itu pariwisata, pendidikan, perekonomian, pemerintahan dan lainnya, serta tidak ada lagi konflik antar masyarakat seperti yang sering terjadi. Dimanapun nantinya aku tinggal demi melaksanakan tugas, NTB tetap akan menjadi rumah keduaku setelah kampung halamanku di Pati, yang membuatku selalu ingin kembali lagi kesini. Selamat ulang tahun yang ke-53 untuk NTB tercinta.





*Ditulis untuk lomba menulis dalam rangka memperingati HUT ke-53 Provinsi NTB bertajuk "Bangga Menjadi Orang NTB" yang diadakan oleh Lombok Event. Alhamdulillah juara 2 :)) 

No comments:

Post a Comment

Music Video of The Week