The Other Side of Me: More Than Just Friend

Monday, November 7, 2011

More Than Just Friend

           “What the hell with the girls in this world?” tiba-tiba saja dengan memasang wajah marah Rahul muncul dihadapanku.

“Kenapa sih Rahz?” tanyaku bingung.
“Yeah…girls…something wrong with them” jawab Rahul semakin membuatku bingung.
“Hey…I’m a girl na…something wrong with me then?” aku bertanya dengan sarkatis. Rahul hanya tertawa menanggapinya.
“No, Wulan, it’s not you…the girls…except you” tambahnya. Hah! Omong kosong dengan semua ini, dia semakin membuatku tak mengerti.
“Okey let me know who's the girls?” tanyaku akhirnya. Lagi-lagi dia hanya tertawa. Aku memasang wajah cemberut, dan dia kembali tertawa dan tertawa. Ah aku muak dengannya dan berfikir untuk mengakhiri obrolan kami, ketika tiba-tiba Afsal dan Abi bergabung dengan kami.
“Hi guys” sapa Afsal kepada kami.
“How are you friends?” Tanya Abi. Aku kembali memasang wajah cemberut. Dan Rahul kembali tertawa. Abi dan Afsal hanya bengong melihat kami berdua.
“Wulan, kenapa?” Tanya Abi akhirnya.
“Sepertinya Rahul sedang ada masalah sama cewek.” Aku menambahkan.
“cewek? Siapa?” Afsal bertanya dengan tampang bengongnya.
“Ask him” jawabku singkat.
“Rahul?” Abi memanggil Rahul yang tiba-tiba terdiam lama.
“Yeah...hari ini aku sial banget. Ketemu cewek-cewek gila yang bikin sakit kepala.” Rahul mulai menjelaskan. Kami bertiga diam menyimak.
“Pertama di jalan menuju kampus. Ada cewek nyebrang jalan sembarangan aja, hampir aku tabrak. Bukannya minta maaf malah maki-maki aku coba. Dia yang salah kok dia yang sewot.”
“Terus pas di kampus. Abis kita dari perpustakaan, Abi, kan kamu langsung balik ke kelas tadi, aku ke kantin bentar mau minum. Pas jalan di depanku ada cewek, dan tiba-tiba dia kesandung dan hampir jatuh. Reflek kan aku pegangin dia biar nggak jatuh. Damn it, nggak sengaja tanganku kena dadanya, dikit sih. Nggak sengaja beneran sumpah, niatku cuma mau nolong. Dan dia kasih hadiah tamparan yang sampai sekarang masih terasa perih.” Rahul menangis. Aku tak dapat menahan tawa, begitu juga Afsal dan Abi. Rahul cemberut karena kami menertawakannya.
“kasihan banget sih kamu,” timpal Afsal masih dengan tawanya.
“Rahul…Rahul…no comment…” aku tertawa sampai mengeluarkan air mata.
“Wow…puas banget ya kalian lihat teman menderita. Benar-benar teman yang baik ya.” Rahul berkata marah. Kami bertiga tidak henti-hentinya tertawa.
“Sorry, Rahz…but it’s so funny.” Ujarku. Aku mulai menguap, mataku mulai pedih minta segera dipejamkan. Aku lihat jam, sudah hampir jam 12 malam. Aku pun pamit kepada mereka.
“Guys, time to sleep…bye…see u tomorrow” dan aku pun pergi untuk mengurangi rasa lelah ini, meninggalkan mereka bertiga yang pastinya masih akan mengobrol dengan serunya.
***
“Wulan…missed you” ujar Abi suatu hari. Akhir-akhir ini aku memang sibuk sekali mempersiapkan pernikahanku, sehingga hampir tidak ada waktu untuk mengobrol bersama Abi dan yang lain.
“Ya aku tahu kok. Kamu kan emang selalu kangen sama aku” aku menjulurkan lidah kearahnya kemudian tertawa.
“Gimana kabar yang lain? Rahul dan Afsal? Masih sering bertemu mereka?” aku memberondongnya dengan pertanyaan.
“Ya…dan kami semua kangen sama kamu. Kami masih bertemu setiap hari. Dan aku ngobrol sama Neha tiap hari.” Abi bercerita yang diakhiri dengan senyuman.
“Aha…aku mencium ada sesuatu nih. Tell me…ada apa antara kamu sama Neha?” Neha adalah salah satu teman kami juga, yang kadang ikut bergabung dengan kami berempat.
“Nggak ada apa-apa…we are just friend.” Jawab Abi.
“Pembohong! Akhir-akhir ini kamu sering nyebut-nyebut Neha deh. Nggak mungkin kalau nggak ada apa-apa. Tell me!” aku mencoba memaksanya bercerita.
Okey…me and Neha…we are in love.” Akhirnya Abi menjawab dengan jujur setelah terdiam lama. Sebenarnya aku sudah tahu dia akan mengatakan hal itu, Abi tidak pernah bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tahu Abi suka sama Neha, sangat jelas bagiku.
Yeah I knew it.” Dan aku tertawa.
“Gimana bisa tahu?” tanyanya heran.
“Wulan selalu tahu apapun” dan aku mengerling padanya. “Tapi sejak kapan kalian pacaran?” tanyaku lagi.
“dua bulan yang lalu.”
“What??? Two months ago and you just tell me right now?” aku kesal dengannya. Kenapa tidak memberitahuku dari awal?
“Belakangan ini kan kamu sibuk, preparing your wedding, jadi aku belum sempet bilang.” Benar juga. Beberapa bulan ini aku jarang bergabung dengan mereka, jarang bertemu Abi juga.
“Okey…congratulation for you both. Neha is a nice girl. I’m happy for you two.” Jawabku akhirnya.
“Thanks, Sis”
“oke, aku makan dulu ya, laper nih. Kiss and hug for Neha” ujarku.
“Okey…and for me?”
“For you? Kick your head” jawabku sambil tertawa. Dan aku meninggalkan Abi yang sedang cemberut.
***
            Weekend adalah hari yang sangat aku nantikan. Terbebas dari rutinitas kantor, tidur sepuasnya, nonton TV seharian, baca buku sampai bosan, atau menikmati dunia maya sampai mata perih. Aku benar-benar menikmati liburanku kali ini. Hari ini cerah setelah beberapa hari diguyur hujan, dan itu cukup mempengaruhi mood menjadi lebih cerah juga. Tapi itu tak berlangsung lama, karena Afsal membuat semuanya kacau.
            “Afsuuu…lagi ngapain?” tanyaku pagi itu.
            “watching film” dia menjawab singkat
            “film apa”” aku bertanya lagi
            “Film yang sangat menyedihkan, about poor people. Mereka sangat miskin, bahkan membeli pakaianpun mereka nggak mampu. Jadi semua orang-orang itu, laki-laki dan perempuan, semuanya telanjang.” Dia bercerita panjang lebar. Aku mulai menangkap maksudnya.
            “Damn you! It’s porn na!!” ujarku jengkel. Dia hanya terbahak melihatku kesal. Dan sepertinya tidak mungkin mengajaknya ngobrol pagi ini, karena dia sangat “sibuk”, dan aku memilih meninggalkannya. Padahal hari ini aku butuh teman ngobrol, tetapi tidak ada orang lain, cuma ada Afsal. Dan akhirnya dengan dongkol aku memilih tidur lagi.
***
            Mereka bertiga adalah sahabatku, sahabat dari negeri seberang. Abith Raj, Afsal, dan Rahul Sivadas berasal dari India. Awalnya aku berteman dengan Afsal dan kemudian dia mengenalkanku kepada Abi dan Rahul. Dan sejak saat itu hampir setiap hari kami selalu bersama, bertemu dan mengobrol di layar monitor. Persahabatan kami sangat unik, dengan latar belakang, usia, dan karakter yang berbeda kami bisa mempertahankan persahabatan kami hampir selama dua tahun, dan itu hanya di dunia maya.
            Abi dan Rahul adalah teman kuliah, mengambil MBA di Nehru College of Aeronautics and Applied Sciences di Coimbatore, Tamil Nadu. Mereka berdua berasal dari Calicut. Usia mereka lebih muda dua tahun dariku. Abi adalah teman ngobrol yang asik, bercanda dan membahas segala hal. Aku lebih nyaman menceritakan masalahku kepada Abi dibandingkan dengan Afsal dan Rahul. Sementara Rahul adalah tipe serius dan susah nyambung kalau bercanda, tapi dia sangat baik dan tidak mudah tersinggung, karena itu kami sering menjadikan Rahul sebagai bahan bercandaan. Dan Afsal adalah adik kecil kami yang berasal dari Malappuram. Usianya empat tahun dibawahku dan sedang mengambil Bachelor nya di Anna University, Coimbatore. Afsal adalah ABG labil. Ada saat di mana aku merasa senang berbicara banyak hal dengan dia, tapi di saat lain dia bisa menjadi makhluk paling aku benci di muka bumi karena sifatnya yang meledak-ledak, mudah marah dan tersingung bahkan oleh hal kecil sekalipun, dan dia akan memakiku dengan semua kosakata sampah itu. Dia sering mengucapkan kata-kata kotor, tetapi akan memarahiku jika aku mengucapkan kata kotor. Alasannya, karena aku perempuan, dan peremupuan tidak pantas berkata kotor. Mereka tidak berbahasa Hindi, tetapi Malayalam. Aku kira semua orang India berbahasa Hindi, tetapi ternyata tidak, Afsal bahkan tidak bisa berbahasa Hindi. Kadang mereka mengajariku bahasa Malayalam dan aku mengajari mereka bahasa Indonesia. Dan aku, satu-satunya perempuan, satu-satunya yang berasal dari Indonesia dan yang paling tua diantara kami, tapi paling tidak mau kalah dalam segala hal. Tapi semua perbedaan itu tidak membuat persahabatan kami mati. Kami saling mengerti satu sama lain, dan sangat menghargai perbedaan. Kami juga sangat memahami karakter masing-masing, sehingga lebih mudah menyesuaikan dan menerima.
***
Abith316: Wulan, gimana kabar temanmu Indonesian.road?
Yousei.ajah: Well…she’s not my friend anymore
Abith316: *surprised*
Eagle_eye666: Kenapa?
Rahul_1321: Apa yang terjadi?
Yousei.ajah: she abused me…because I’m a Muslim *evil*
Yousei.ajah: Memangnya salah kalau aku Muslim? Salah kalau agama kami berbeda? *angry*
Abith316: Tidak
Eagle_eye666: Tidak
Rahul_1321: Tidak
Yousei.ajah: Yeah, mungkin salah munurut dia. Dia baik di depanku, tapi busuk di belakang. Padahal aku benar-benar anggap dia teman. Ternyata dia nggak ada bedanya sama Daniel, pacar Amerika-nya itu. Dulu pacarnya juga pernah ngatain aku teroris cuma karena aku Muslim. C’mon…Muslim is not terrorist!! *angry*
Eagle_eye666: sh*t
Eagle_eye666: aku nggak suka sama cowok itu
Yousei.ajah: hah…kamu sama Daniel kan kalau ketemu pasti berantem
Abith316: udahlah nggak usah bawa-bawa agama
Yousei.ajah: Nah…kenapa juga mesti bawa-bawa agama? Berteman itu kan nggak mandang perbedaan. Kita bisa tuh berteman biarpun banyak perbedaan. Kalian orang India sementara aku orang Indonesia, Abi dan Rahul Hindu, bukan Muslim seperti aku dan Afsu. Tapi toh kita nggak ada masalah dengan itu.
Yousei.ajah: Justru karena ada perbedaan, persahabatan jadi lebih berwarna dan itu menjadikannya lebih indah. Seperti pelangi.
Abith316: betul…apalagi sampai bawa-bawa agama. Agama itu urusan pribadi masing-masing orang.
Rahul_1321: betul Wulan, Rainbow…kumpulan warna yang berbeda-beda, tapi justru karena warna warni itu yang bikin pelangi indah. Coba kalau cuma satu warna, kan nggak asik juga.
Eagle_eye666: yup! And our friendship just like a rainbow.

Dan seperti biasa, obrolan akan berlanjut panjang dan merembet kemana-mana, semalaman, bercerita banyak hal, berbagi, bercanda dan tertawa bersama. Lelah seperti apapun jika sudah bersama mereka tidak akan terasa. Mereka adalah sahabatku. Walaupun hanya sebatas sahabat dunia maya, tapi persahabatan mereka nyata, dukungan mereka nyata, mereka selalu ada di saat sedih dan bahagia. But we are more than just friend, we are like a family.
***
Dedicated to my bestfriends: Abi, Rahz and Afsu
Thanks for the inspiration and thanks for the friendship.

No comments:

Post a Comment

Music Video of The Week