The Other Side of Me: Jujur, Amanah, Integritas: Bagaimana Membangun Budaya Jujur di Lingkungan Kampus dan di Tingkat Nasional?

Thursday, October 30, 2014

Jujur, Amanah, Integritas: Bagaimana Membangun Budaya Jujur di Lingkungan Kampus dan di Tingkat Nasional?

Ceritanya lagi latihan nulis essay, hahaha....
padahal sih sebenernya.... ini tuh tugas UTS mata kuliah Forensic Accounting & Fraud Examinantion kemarin. Dan ini isinya hanya sebatas opini saya pribadi, ya. Monggo yang mau baca :)









Jujur, Amanah, Integritas: Bagaimana Membangun Budaya Jujur di Lingkungan Kampus dan di Tingkat Nasional?

Jujur dan amanah merupakan sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia sebagai makhluk Tuhan. Dalam Islam, jujur dan amanah merupakan pilar aqidah Islam. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak berbohong, sedangkan amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan kepada manusia untuk dilaksanakan. Dimulai dari jujur dan amanah, kemudian akan tumbuh integritas.
Dalam hidup, ada dua jalan yang bisa dipilih oleh manusia, yaitu jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Jalan kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak, sementara jalan kebaikan adalah jalan yang sulit dan tidak mudah untuk ditempuh. Perbuatan baik di jalan yang baik ini salah satunya adalah bersikap jujur. Jujur dalam segala perkataan dan perbuatan. Orang yang terbiasa tidak jujur akan mengulanginya lagi dan lagi sehingga menumpuklah kebohongan-kebohongan itu yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Orang yang jujur, besar kemungkinannya untuk dapat memegang teguh amanah, sedangkan orang yang biasa berbohong pasti tidak bisa memegang amanah yang telah diberikan. 
Bagaimana menumbuhkan sifat jujur dan amanah dalam diri? Hal dasar yang harus dilakukan adalah percaya bahwa Tuhan adalah hakim kita. Menurut agama, Tuhan akan menghukum setiap perbuatan yang tidak baik dan memberikan ganjaran atas perbuatan baik. Jika setiap manusia percaya dan meyakini hal ini, maka setiap manusia akan berbuat jujur dan amanah. Mungkin akan ada pertanyaan, banyak pejabat negeri ini yang mengerti dan paham betul tentang agama tetapi mengapa masih korupsi? Seseorang bisa saja terlihat “baik” dalam agama, tetapi kita tidak tahu bagaimana iman dan akhlaknya. Yang dapat menilai seberapa besar iman dan seberapa baik akhlak seseorang hanyalah Tuhan. Budaya jujur sejatinya harus dimulai dari diri sendiri. Integritas juga demikian, dimulai dari integritas individu. Integritas dapat diartikan sebagai komitmen, janji yang ditepati, untuk menunaikan amanah dan tanggung jawab hingga selesai. Dengan menunaikan amanah berarti kita telah menepati janji dan bersikap jujur pada diri kita sendiri.
Siapa yang berperan dalam menciptakan pribadi jujur dan amanah? Semua aspek dalam kehidupan turut berperan. Pendidikan yang utama dimulai dari keluarga. Saya sangat setuju dengan gagasan-gagasan yang disampaikan oleh seorang praktisi pendidikan, Edy Wiyono atau yang biasa disebut Ayah Edy. Beliau mempunyai sebuah gagasan “Indonesia Strong from Home”, menciptakan Indonesia yang hebat dan kuat yang dimulai dari rumah. Orang tua sangat berperan dalam mengembangkan karakter anak yang jujur dan amanah, memberikan pendidikan agama sebagai fondasi. Pemerintah juga turut berperan, dalam hal ini memberikan sistem pendidikan yang tepat. Sistem pendidikan di Indonesia masih berbasis kognitif. Siswa dituntut untuk mendapat nilai yang baik, tanpa pernah diberikan pendidikan moral dan etika, sehingga yang terjadi adalah siswa akan melakukan segala cara agar mendapatkan nilai bagus, misalnya mencontek. Inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal rendahnya moral dan etika masyarakat Indonesia, sehingga melahirkan pejabat-pejabat yang korupsi.
Di negara-negara maju seperti Jepang dan Australia, pendidikan di tingkat dasar yang utama diberikan kepada siswa adalah pendidikan moral dan etika. Saya pernah membaca sebuah pernyataan, “seorang guru di Australia akan lebih khawatir ketika muridnya tidak bisa mengantri dengan baik daripada ketika muridnya mendapatkan nilai jelek dalam pelajaran”. Itulah mengapa di negara-negara maju masyarakatnya sangat disiplin, tertib, beretika tinggi, dan bisa dipastikan angka korupsi di negara tersebut sangat kecil. Sedangkan di Indonesia, parameter yang dipakai untuk menilai kualitas seorang murid adalah nilai pelajarannya, tidak peduli bagaimana etika dan moralnya.
Bagaimana membangun budaya jujur di lingkungan kampus? Padahal, jika pendidikan karakter ini sudah diberikan sejak tingkat dasar, tidak perlu lagi memusingkan bagaimana menciptakan budaya jujur di kampus, karena dengan sendirinya budaya tersebut akan tercipta. Tetapi dengan sistem pendidikan di Indonesia yang masih seperti ini, menurut saya di kampus harus diterapkan pendidikan karakter agar nantinya dapat menghasilkan lulusan yang memiliki pribadi jujur dan amanah. Dalam implementasinya bisa diintegrasikan dalam pembelajaran di setiap mata kuliah. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan  etika pada setiap mata kuliah  dikembangkan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan  demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter dapat menyentuh dan diamalkan secara nyata dalam kehidupan  mahasiswa sehari-hari di kampus dan lingkungan masyarakat. Menciptakan budaya jujur juga dapat dilakukan dengan membuat peraturan yang tegas dan konsisten terhadap setiap perilaku ketidakjujuran, misalnya mencontek, plagiasi, titip absen, dll. Dosen sebagai panutan mahasiswa juga harus memberikan contoh yang baik dalam membangun budaya jujur ini, misalnya berlaku objektif dan transparan dalam memberi nilai, memberikan contoh sikap dan perilaku yang bermoral seperti disiplin, jujur, santun, dan menghargai mahasiswa serta warga kampus lainnya. Kegiatan kemahasiswaan seperti UKM juga bisa dijadikan wadah dalam menanamkan karakter jujur dan amanah.
Pendidikan karakter tersebut sekaligus sebagai upaya untuk mengembangkan nilai integritas bangsa. SDM yang unggul bukan hanya yang memiliki kemampuan kompetensi, tetapi juga harus memiliki etika moral yang baik. Jika masyarakatnya memiliki kebiasaan dan karakter yang baik, maka akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Karakter yang baik ini juga sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya KKN di Indonesia. Fondasi atau dasar dari integritas bangsa dimulai dari integritas individu, berkembang ke tahap integritas keluarga, kelompok, masyarakat, organisasi, dan pada akhirnya terciptalah integritas bangsa.




1 comment:

Music Video of The Week