The Other Side of Me: Aku Kembali

Saturday, July 7, 2012

Aku Kembali


Aku menyusuri bangunan tua di sepanjang jalan ini. Bangunan yang indah sebetulnya. Sayang, banyak yang tidak terawat. Sesekali aku berhenti untuk memotret. Aku tidak bisa melewatkan begitu saja apa yang ada di depan mataku. Sesuatu yang menurutku menarik, harus diabadikan dalam gambar dan tulisan. Itulah mengapa aku memilih untuk menjadi travel writer. Aku suka bepergian, aku suka memotret, dan aku suka menulis. Inilah aku.

Old Town Area ini sangat menarik, menurutku. Tapi aku tidak tahan dengan panasnya Kota Surabaya. Kota ini selalu saja panas, menyengat. Aku berhenti lagi untuk menyeka keringat di wajahku. Dan saat memandang ke depan, aku melihatnya disana, tersenyum.

“Halo, Sayang…” Dia memelukku erat dan mencium keningku.
Kapan terakhir kami bertemu? Dia sibuk dengan pasien-pasien dan urusan Rumah Sakitnya, aku sibuk bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain. Ulang tahunku sebulan yang lalu, ketika dia bilang akan ke Singapore tapi tiba-tiba datang mengejutkanku di hotel tengah malam. Itulah terakhir kali kami bertemu.

Kami bergandengan tangan, menyusuri tempat ini, mengorol, tertawa. Aku bisa melihat puncak Tugu Pahlawan dari sini, dan sekarang kami berjalan menuju Jembatan Merah yang terkenal itu. Kota ini memang penuh dengan sejarah, tapi sayangnya tempat-tempat yang menjadi sejarah masa lalu itu tidak mendapat perhatian selayaknya. Padahal tempat ini bisa menjadi area wisata yang lebih layak dan indah. Oke, aku memang terlalu terobsesi dengan alam dan sejarah. Tapi mungkin, sejarah masa lalu kami yang indah juga sudah sebobrok ini, hancur sedikit demi sedikit, tanpa bisa diperbaiki lagi. Itulah mengapa aku berada disini sekarang.

Ini bukan hal yang mudah buatku, ini keputusan yang berat. Entahlah, sampai detik ini aku masih memujanya. Tapi aku harus melakukan apa yang harusnya kulakukan.

“…mungkin bulan depan aku bisa  ambil cuti dan kita bisa…”
“Bar, aku mau kita putus,” aku memotongnya sebelum aku kehilangan tekad dan ini akan menjadi lebih sulit lagi.
“…berlibur ke… apa?” tanyanya kaget.
Aku diam sejenak, menatap matanya dan mengumpulkan seluruh keberanianku.
“Kita putus.”
“Hahaha…kamu bercanda, kan?”
“Aku serius, Bar, serius. Terlalu banyak kebohongan dan drama yang menyakitkan selama ini, diantara kita bertiga. Aku memujamu, tergila-gila padamu, tentu saja, bahkan sampai sekarang.”
“Terus, kenapa kita harus putus?” tanyanya.
“Karena aku pikir aku mencintaimu. Tapi ternyata tidak, Bar,” aku mulai terisak. “Aku mencintai Arlan.”
“Apa?”
“…”
“Omong kosong apa ini, Na?”
“Aku mencintainya, dan aku selingkuh dengannya, sama seperti kamu selingkuh dengannya di belakangku. Ini terlalu rumit.”
Aku berlari meninggalkannya, menangis tanpa henti. Aku sudah kehilangan Arlan. Dan sekarang aku kehilangan Baruna. Tidak apa-apa. Ini akan berakhir dengan baik.

Aku memanggil taksi dan kembali ke hotel. Aku berusaha menenangkan diri dan menghentikan air mata yang masih saja mengalir.
Treeett…treeett..
Kuraih telepon genggamku dari dalam tas. Ada satu pesan tertera di layar.

Aku kembali. Jadi, kapan kita ketemu lagi?

No comments:

Post a Comment

Music Video of The Week