The Other Side of Me: Kerudung Merah

Friday, June 15, 2012

Kerudung Merah

Cerita keenam
Cerita ketujuh
Cerita kedelapan
Cerita kesembilan


Dahulu, ada seorang gadis kecil yang tinggal di dekat hutan. Pada saat dia keluar dia selalu menggunakan kerudung merah. Jadi semua orang di desanya memanggilnya gadis berkerudung merah.
Suatu pagi, gadis berkerudung merah berkata kepada ibunya bahwa dia ingin pergi mengunjungi rumah neneknya. Di tengah jalan, dia bertemu dengan serigala dan dia bercerita bahwa dia akan pergi ke rumah neneknya. Tanpa disadarinya, serigala itu lebih dulu sampai ke rumah neneknya dan menyamar menjadi nenek. Gadis berkerudung merah baru sadar ketika serigala ingin memakannya.

“Aku ingin menjadi seperti serigala itu.”
***

Baruna di Parapat. Sudah hampir sebulan aku tak bertemu dengannya. Setiap kali aku menelepon tidak pernah aktif, bahkan untuk sekedar SMS atau membalas SMSku pun tidak. Sejak dia promosi dan menduduki jabatannya sekarang, dia semakin sering ke luar kota. Tiga hari, seminggu, sebulan, bahkan kadang lebih lama lagi. Aku mencium sesuatu yang tidak beres. Oke. Kuputuskan untuk menyusulnya.

Danau Toba terbentang di hadapanku. Baruna menginap di hotel Inna Parapat di pinggiran Danau Toba. Tapi aku tidak akan menginap disana, dan aku pun tidak berencana untuk menemui meskipun aku sangat merindukannya. Tidak. Aku hanya akan mengamati, apa yang membuatnya tak peduli padaku sebulan ini. Pekerjaan? Aku tidak yakin.

Sosok Baruna memasuki sebuah warung kopi tak jauh dari hotelnya. Warung Kopi Inang Wulan. Dia duduk seorang diri, memesan sesuatu kepada pelayan, kemudian menyalakan rokok. Ingin sekali aku menemaninya disana sekarang. Ya, sebaiknya aku kesana. Pasti akan menjadi sebuah kejutan besar baginya. Dia pasti senang, pikirku. Kulangkahkan kaki mendekati warung kopi itu. Tapi baru tiga langkah kuurungkan niat. Perempuan berkerudung? Siapa perempuan berkerudung yang duduk di hadapan Barunaku?
***

“Selamat datang,” sapa seorang pelayan ketika aku melangkah masuk ke warung kopi itu. Kuedarkan pandangan, mencari perempuan itu. Dia disana. Sedang serius dengan laptop di hadapannya.
“Siapa nama perempuan berkerudung itu?”
“Oh, itu Kak Melfa, pemilik warung kopi ini,” jawab pelayan itu.

Aku berjalan mendekati meja perempuan bernama Melfa itu. Sial. Dia mempunyai wajah yang cantik. Wajar kalau Baruna tertarik padanya.

“Melfa?”
“Iya.” Dengan terkejut dia menoleh ke arahku. Aku duduk di depannya dan sedikit berbasa-basi.
“Kamu kenal lelaki yang tadi duduk disini denganmu?”tanyaku akhirnya.
“Pak Baruna? Sebenarnya tidak terlalu mengenalnya. Tapi sebulan ini dia sering datang kesini dan kami jadi sering ngobrol. Kenapa? Kamu kenal dia?”
“Tidak!” jawabku cepat, “tapi tadi kami sempat bertemu di luar dan dia menitipkan sesuatu untukmu. Sepertinya dia tertarik sama kamu,” lanjutku. Dia tertawa.
Aku menyodorkan kotak berisi sepotong cheese cake dengan strawberry di atasnya.
“Sepertinya dia lelaki yang romantis,” ujarku sebelum meninggalkan Melfa.
***

“Kak Melfa… Kak Melfa bangun!”
“Panggil ambulance!”
“Apa yang terjadi?”
“Cepat lakukan seuatu!”

Dari tempat ini, aku bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di dalam warung kopi itu. Seorang perempuan cantik berkerudung terkulai di atas meja, kepanikan dan teriakan para pelayan dan pembeli. Aku tersenyum puas.

Aku ingin menjadi serigala yang memakan gadis berkerudung merah. Sayangnya, gadis bernama Melfa itu hari ini memakai kerudung putih. Dongeng itu tidak akan menjadi sempurna karenanya. Maka aku sedikit mengubah cerita. Tidak ada gadis berkerudung merah. Tidak ada serigala. Tapi ini kisah nenek sihir dengan apel beracunnya untuk Snow White.

“Tidurlah dalam damai Melfa. Seperti Snow White.”

*Cerita berantai untuk #15HariNgeblogFF2 hari keempat

No comments:

Post a Comment

Music Video of The Week