Cerita ketujuh belas
Dua hari sebelumnya
“Ayo kita lomba renang. Yang menang bisa makan malam gratis nanti,”
Luna mengajukan usul yang menurutku sangat manarik.
“Setuju! Ayo…” tantangku bersemangat.
“Oke, finish nya di kapal
itu,” teriak Luna sekali lagi.
Kami bertiga berlari ke arah laut Pangandaran dan mulai berenang ke
tengah. Aku tahu, kami berdua pasti kalah dari Luna. Tapi aku tak akan mengalah
begitu saja.
“Baruna, jangan curang! Jangan tendang kakiku!”
“Aaw… Arlan! Airnya kena mataku!”
“Kalian berdua curang!”
“Yeeeaahhh aku menang… aku menang… kalian berdua payah!”
Teriakan-teriakan Luna silih berganti. Dia begitu gembira dengan
kemenangannya, yang berarti dia bisa makan gratis, dan kami berdua, para pecundang
dalam hal renang melawan Luna, yang harus membayarnya.
Luna memang jago berenang. Laut seakan sudah menjadi bagian dari
dirinya. Dia selalu mengataiku pecundang karena aku tidak berani menyelam. Ya, Luna
sangat jago menyelam.
***
Laut biru. Aku suka warna biru. Luna suka laut. Dan kami jatuh hati
pada keduanya, pada laut yang biru, pada birunya laut. Itulah mengapa Luna sering
memanggilku “Azzurra” sewaktu kami masih sekolah dulu. Pandanganku terpaku pada
gelombang laut biru itu. Pantai Pangandaran. Dulu kami pernah kesini, bertiga. Aku
merindukan masa-masa indah itu.
“Sorry, Bro, gue telat,”
sebuah suara memotong lamunanku.
“It’s okey. Gue cuma mau kasih ini. Cewek yang di
foto ini Luna. Udah ngerti, kan, apa yang harus lo lakuin? Jangan sampai dia curiga.” Dia menerima foto dari
tanganku dan mengangguk tanda mengerti.
“Besok Luna ke Solo. Dan lusa dia ulang tahun. Ini alamat hotelnya. Lu kasih ini ke dia,” ujarku,
mengeluarkan setangkai mawar biru dan sebuah kartu berwarna senada.
“Siiip… gue ngerti mesti
gimana. Gue pasti bantu lo, Bro, tenang aja. Selama ini lo udah banyak bantu gue. Jadi sekarang giliran gue bantu lo.” Dia menepuk bahuku dan tersenyum lebar.
“Thanks, Jim,” balasku.
Aku masih belum mau beranjak dari sini. Aku masih ingin melihat biru. Birunya
laut dan birunya langit. Aku masih ingin mengingatnya bersama biru.
No comments:
Post a Comment